Kisah Mantan Anak Punk yang Sukses dengan Bisnis Mebel 

Martono (32), mantan anak jalanan yang sukses bisnis mebel kayu

PALUGADANEWS.com, MUARA ENIM – Martono (32) mantan anak punk ini meraup jutaan rupiah berkat bisnis mebel kayu yang digelutinya. Berbekal bahan kayu yang dia beli dari Kabupaten Lahat, dia mengubahnya menjadi meja dan kursi yang banyak diminati para pejabat BUMN di Tanjung Enim.

Tidak hanya diminati pejabat BUMN saja, ketika ditemui di tempat kerjanya, Kamis (11/2/2021), Tono begitu dia biasa dipanggil dibantu empat kawannya tengah mengerjakan pesanan dari Camat Lawang Kidul dan Bupati Muara Enim.

Baca Juga:  Secara Virtual, Pengurus Esports Muara Enim Resmi Dilantik

Sebelum menggeluti usaha mebel ini, Tono pernah hidup di jalanan berpindah-pindah bersama komunitas punk di Tanjung Enim dan beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Jawa.

Kehidupan di jalan tersebut membawanya dikenal pegawai PTBA yang membidangi Bina Lingkungan satuan kerja CSR.

Baca Juga: Usai Penantian Panjang, 115 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) Dilantik 

“Usaha ini banyak terbantu setelah menjadi binaan CSR PT Bukit Asam. Antara lain bantuan pemasaran dari semua produk meja kursi produksinya,” kata dia.

Rata-rata dalam sebulan, Tono mampu menjual 10 unit mebel laku terjual dengan harga meja kursi bervariasi antara 5 – 7 juta rupiah. Ia pun ingin mengajak teman-teman ikut bergabung dalam usaha ini.

“Saya ingin mengajak teman-teman yang masih hidup di jalan untuk ikut bergabung menjalankan usaha ini. Saya dulu pernah susah seperti mereka dan ingin menolong teman-teman yang mau bergabung,” ujar dia.

Baca Juga: Masyarakat Belum Disiplin, Penularan Covid-19 di Muara Enim Masih Tinggi

Sementara itu, Manager Bina Lingkungan, Hendri Mulyono, melalui Asisten Manager Hartoyo menuturkan, salah satu peran perusahaan ada di tengah-tengah masyarakat sekitar adalah melalui program pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kemampuan maupun bakatnya.

“KebetulanMas Tono ini mempunyai keahlian membuat mebeler, seperti meja kursi dari bahan kayu. Awalnya manager saya melihat kegiatan Mas Tono di jalan dan mengajak anak-anak punk untuk mengikuti program CSR. Lalu kami memberikan wadah melalui SIBA Pertukangan,” terang dia.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Muara Enim Masih Tinggi, Pemberian Izin Keramaian Dikaji Ulang 

Menurut Hartoyo, peran CSR selama ini masih dalam pembinaan manajemen usaha, pendampingan produksi, dan membantu pemasaran. Ke depan pihaknya masih melihat perkembangan usaha tersebut sebelum memberikan bantuan sarana dan prasarana produksi.

“Kami ingin Mas Tono ini bisa memotivasi anak-anak punk lainnya untuk memulai kehidupan yang baru, dan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka. Sebenarnya anak-anak ini dengan latar belakang yang jelas, akan tetapi karena pergaulan maupun masalah sosial, sehingga mereka memilih hidup bebas,” pungkasnya.